Penampilan Anda pun Bicara

Apalagi jika orang yang dihadapi sama sekali tidak dikenal, penampilan sering menjadi acuan utama. Dengan melihat bentuk tubuh, wajah, gerak-gerik, tata rias, gaya berpakaian atau tata rambut, bisa timbul berbagai kesan mulai dari yang positif sampai negatif. Di sinilah terjadi proses persepsi sosial, yang oleh Baron dan Byrne (1994) didefinisikan sebagai proses yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencari informasi tentang orang lain.

Persepsi terhadap penampilan fisik sering diasosiasikan dengan karakteristik-karakteristik lain seperti kepribadian atau bahkan kompetensi. Lebih jauh lagi, kesan yang muncul dapat memiliki pengaruh yang kuat bagi suatu hubungan interpersonal. Richmond, McCrockey dan Payne (1991) menyatakan bahwa ketika pertama kali bertemu dengan seseorang, kita cenderung melihat penampilan fisiknya dan kesan yang diperoleh dapat mempengaruhi bagaimana interaksi yang terjadi di masa datang. Kadang hanya dari penampilan seseorang, kita bisa mempunyai kesan yang begitu “kuat” terhadap orang tersebut sampai-sampai kita melupakan kualitas-kualitas lain yang ada pada dirinya.

Salah satu hal yang dikaitkan dengan penampilan adalah gaya berbusana. Cara berpakaian menjadi penting ketika seseorang harus tampil di depan umum, bertemu dengan orang banyak atau berhadapan dengan orang-orang tertentu yang punya kedudukan penting atau disegani. Oleh karena itu “siapa orang yang akan ditemui” akan banyak menentukan pakaian seperti apa yang layaknya dipilih. Selain itu ada juga hal-hal yang juga tidak kalah penting dan perlu diperhatikan dalam berbusana:
Ciri-ciri fisik pribadi (bentuk tubuh, warna kulit, bentuk wajah)
Situasi / acara (formal/semi formal/santai)
Cuaca dan suhu (jangan sampai ada kesan BPAG “ Biar Panas Asal Gaya”)
Kebiasaan atau budaya setempat

Semakin seseorang mampu berbusana secara tepat dan serasi, ia akan semakin dihargai dan tentunya kepercayaan dirinya akan meningkat. Sayangnya tidak semua orang memiliki selera yang baik dalam berpakaian dan tidak semua orang peduli dengan penampilannya. Padahal, setiap orang punya kesempatan dan bisa belajar untuk lebih pandai dan bijak dalam berbusana. Melalui pengalaman, kepedulian terhadap diri, dan keterbukaan terhadap tren berbusana serta saran-saran dari orang-orang di sekitarnya, lama-kelamaan selera berbusana seseorang akan semakin baik.

Apakah Anda bekerja sebagai seorang profesional? Nah, Anda perlu memperhatikan tata cara berpakaian yang juga bisa menjadi salah satu cerminan profesionalisme. Jangan berpikir bahwa hanya cara berbicara, cara berpikir atau cara bekerja kita saja yang diperhatikan oleh para klien. Tanpa kita sadari, sangat mungkin klien memperhatikan bagaimana cara kita berbusana dan mulai membangun citra tertentu di benak mereka, yang bisa saja positif tapi bisa juga negatif. Nah, citra negatif itulah yang mesti kita hindari. Ekstrimnya, jangan sampai kita kehilangan peluang hanya karena klien merasa tidak “sreg” dengan penampilan kita.

Berikut ini beberapa tips praktis, yang mudah-mudahan bisa menjadi bahan acuan bagi kita semua.
Kenali kepribadian kita. Pilih busana yang chic dan trendy tapi juga mencerminkan karakter pribadi. Tentu saja kita perlu menyesuaikan pakaian dengan aktivitas yang dilakukan, tapi jangan juga menggunakan pakaian yang membuat kita sendiri menjadi gelisah karena tidak nyaman mengenakannya. Misalnya, Anda lebih suka pakaian bergaya etnik ketimbang menggunakan setelan rok dan blazer formal. Nah, seandainya keadaan menghendaki Anda menggunakan baju formal itu, Anda bisa mengambil jalan tengah dengan menggunakan blus dalam dari bahan etnik, atau kompensasikan dengan menggunakan syal atau asesoris bercorak etnik yang sepadan. Jadi, Anda tidak sama sekali kehilangan ”warna” Anda. Jangan lupa untuk menyesuaikan busana yang dipilih dengan warna kulit, bentuk wajah, dan bentuk tubuh.

Untuk bekerja sehari-hari, sesuaikan busana dengan lingkungan kerja. Pastikan busana yang dipilih nyaman untuk dikenakan tapi tidak menyalahi peraturan di tempat kerja. Kalau pun tidak ada peraturan tertulis, tangkap citra apa yang ingin ditampilkan perusahaan dan cobalah menyesuaikan diri karena kita merupakan bagian penting yang akan membawa citra perusahaan. Kemeja Hawaii dengan celana jeans tentu membawa pesan berbeda dari stelan celana panjang dari bahan kain dengan kemeja berdasi. Supaya tidak ”salah kostum”, kalau Anda ragu tanyakan pada Bagian SDM bagaimana seharusnya gaya berpakaian di perusahaan Anda.

Kalau kita banyak berinteraksi dengan klien, sesuaikan busana kita dengan gaya klien yang akan dihadapi. Kalau klien lebih suka bergaya semi formal atau cenderung informal, jangan gunakan setelan yang terlalu formal karena justru akan mengesankan ada jarak antara kita dan klien. Oleh karena itu, pandai-pandailah mencari informasi tentang klien-klien Anda. Kalau Anda tidak cukup memiliki informasi, pilih yang kira-kira netral atau bisa segera Anda sesuaikan. Misalnya, gunakan blus dalam berlengan di balik blazer Anda. Jika ternyata klien Anda bergaya semi formal, sebelum pertemuan Anda bisa melepas blazer di toilet. Kemudian di ruang pertemuan, sampirkan blazer di pegangan kursi dengan rapi (jangan di punggung kursi!).

Miliki koleksi pakaian dengan warna-warna ”aman”. Seringkali kita tidak memiliki cukup informasi gaya busana seperti apa yang bisa diterima klien atau rekanan bisnis, sehingga kita perlu memiliki koleksi busana yang netral untuk segala suasana. Warna-warna dasar yang wajib dimiliki adalah biru tua (navy blue), hitam, putih, coklat, abu-abu tua (charcoal grey), dan coklat kehijauan (khaki). Pilih setelan dengan warna-warna itu, baru tambahkan warna cerah atau terang sebagai pelengkap. Warna-warna yang “pantang” untuk dipadukan antara lain coklat dengan biru, ungu dengan merah.

Sepatu dan tas merupakan pelengkap yang pasti diperlukan untuk bekerja. Miliki minimal dua pasang sepatu kerja, warna hitam dan coklat tua. Untuk wanita, sepatu warna krem sedikit kecoklatan (beige) juga bisa digunakan. Pilih bahan dari kulit agar tahan lama, nyaman dipakai, dan tampilannya cukup baik. Untuk wanita, tinggi hak sepatu yang baik kira-kira 1,5 – 2 inci dan jangan menyulitkan kita berjalan. Sepatu mesti bersih dan warnanya tidak kusam. Dalam pertemuan dengan klien atau acara formal lainnya, jangan kedapatan Anda lepas sepatu! Selain itu, miliki tas kerja berwarna netral seperti hitam, coklat, atau krem kecoklatan (beige) agar mudah dipadu padankan dengan beragam warna pakaian.

Kalau kita dengan rekan lain mewakili perusahaan untuk suatu aktivitas, jangan lupa untuk menjaga agar penampilan tim kita tampak serasi. Misalnya, sepakati apakah mau bergaya busana formal atau semi formal, apakah akan berkemeja lengan panjang atau lengan pendek, apakah akan mengenakan dasi atau tidak.

Ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari di lingkungan kerja formal:
Pakaian: jeans, T-shirt, busana berbahan tipis atau ketat, rok yang terlalu pendek, busana luar yang tidak berlengan, hanya berkerah halter atau bertali pundak, baju atau blus luar model ”kemben”, legging, celana ¾, celana berbahan spandex, celana hipster dengan blus yang terlalu pendek
Motif atau cetakan pada pakaian: hindari kata-kata, logo, atau gambar yang potensial memancing rasa antipati
Alas kaki: sepatu sandal atau sepatu tali terbuka, boot, sepatu olahraga, selop
Perhiasan: body piercing, cincin yang terlalu banyak (Anda kan bukan pelawak Tesi!), jam tangan yang kelonggaran, gelang yang bergemerincing, anting panjang
Riasan: eyeshadow biru, cat kuku bercorak atau dengan glitter
Wewangian (parfum, hair spray): yang baunya terlalu kuat (jangan lupa, mungkin saja rekan kerja atau klien Anda punya alergi terhadap bau menyengat)

Namun demikian ada juga lingkungan kerja yang ingin memberi ciri khas tertentu sehingga ”aturan” di atas tidak lagi mengikat, misalnya perusahaan periklanan dan creative agency yang barangkali ingin memunculkan kesan dinamis dengan gaya busana yang cenderung informal.

Mode selalu berubah, bisa jadi standar busana kantor juga berubah. Oleh karena itu, kembangkan terus kepekaan Anda dalam berpakaian. Bacalah referensi tentang tips berbusana kerja. Kunjungi toko-toko yang menjual pakaian kerja dan perhatikan busana yang dikenakan pada manekin. Juga tidak ada salahnya Anda meminta saran ahli. Mungkin biayanya memang terasa mahal, tapi Anda bisa memperoleh banyak bekal yang berguna untuk jangka waktu panjang. Dan jangan lupa, tanyakan pada atasan atau Bagian SDM perusahaan Anda, seperti apa tata cara berpakaian yang dikehendaki perusahaan. Nah, you don’t have to be a model to look fashionable!

2 komentar:

Anonim mengatakan...

artikel yang menarik, terimakasih telah berbagi.

oia, jangan lupa mampir ke sini ya...

chris mengatakan...

wew..nice information...

thanks for shared..:D

jng lupa kunjungin ke tempat saya