Jangan Anggap Enteng Kesan Pertama

“Don’t judge a book by its cover”

Jangan menilai orang hanya dari luarnya saja tapi juga dalamnya. Nasehat ini sudah sangat kita kenal sejak lama, kita pun sangat fasih mengucapkannya. Kita diingatkan untuk tidak menilai orang sekedar dari tampilan yang terlihat, apakah itu cara berpakaian, tindak tanduk, bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara bicara, dan sebagainya, pokoknya sesuatu yang tampak kasat mata saja. Kita mesti melihat ”dalamnya”, yaitu kepribadian, kemampuan, pengetahuan, sifat dan hal-hal lain yang barangkali tidak langsung terlihat. Nasehat yang sangat bijak, tapi apa mudah untuk betul-betul bebas dari kecenderungan menilai apa yang tampil di luar?

Bayangkan situasi berikut, Anda mendapat tugas mengenalkan produk perusahaan Anda pada sebuah perusahaan. Ini adalah saat pertama kali Anda berinteraksi dengan mereka. Apa yang mesti Anda siapkan baik-baik disamping presentasi yang sempurna? Ya, kesan pertama!! Anda juga harus menyiapkan bagaimana kesan pertama yang harus berhasil Anda ciptakan. Mengapa?

Kenyataannya, kesan pertama tetap bisa membawa dampak besar. Manusia seringkali tidak bisa terlepas dari kesan subjektif yang tercipta ketika pertama kali bertemu orang. Ketika melihat seseorang di sebuah kantor dengan penampilan yang rapi, perilaku yang tertata, gaya bicara dengan bahasa tubuh yang menampakkan rasa percaya diri, biasanya kita akan cepat menyimpulkan kalau orang tersebut punya jabatan yang penting, manajer misalnya. Sebaliknya, ketika melihat orang dengan pakaian kusam dan rambut berantakan, bisa jadi kita akan menduga orang ini pasti pegawai kecil. Komedi Bajaj Bajuri pernah menampilkan potret ironi ini dimana Bob Sadino dengan celana pendek dan kemeja santainya dikira karyawan rendahan oleh si Ucup.

Ya, kesan pertama yang notabene hanya disimpulkan dari tampilan luar saja memang sulit untuk dihindarkan. Studi-studi tentang kesan pertama bahkan menunjukkan bahwa kesimpulan itu dibuat hanya dalam waktu 3 detik hingga 2 menit saja! Artinya, ketika Anda pertama kali bertemu orang, Anda hanya punya waktu yang sangat singkat untuk menciptakan kesan pertama yang baik. Selanjutnya, kesan pertama yang baik akan mendukung mulusnya kelanjutan interaksi dan inilah yang memberi Anda waktu tambahan untuk menunjukkan ”isi” Anda. Tapi kalau Anda keliru bertindak dan memberi kesan pertama yang buruk, bisa jadi lawan bicara Anda akan enggan melanjutkan interaksi dan kandaslah harapan Anda untuk bisa menampilkan diri sebagaimana mestinya. Dari sini Anda bisa membayangkan bagaimana dampak kesan pertama pada karier Anda, bisnis Anda, dan kehidupan sosial Anda.

Nah, bagaimana cara menciptakan kesan pertama yang baik?

1. Perhatikan penampilan fisik

Penampilan – mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki - akan menjadi perhatian pertama. Perhatikan keserasian, kerapihan, dan kebersihan pakaian Anda. Dandanan, gaya rambut, bahkan sepatu. Bukan hanya itu, berikan juga kesan sehat dan segar. Pastikan tidak ada gangguan karena bau badan, bau mulut, rambut berketombe atau pecah-pecah, kuku yang kotor, atau sisa cabai nasi goreng yang terselip di gigi! Selain itu, Anda juga mesti menyadari apa yang mestinya Anda representasikan. Ketika Anda mengunjungi klien baru sebagai utusan perusahaan, perhatikan bahwa penampilan Anda layaknya sesuai dengan citra yang ingin disampaikan perusahaan, apakah resmi elegan atau dinamis kasual misalnya. Ketika Anda hendak berkenalan dengan calon mertua, pertimbangkan juga seperti apa kira-kira gambaran menantu ideal yang mereka inginkan. Mungkin Anda merasa ”Duh, gak gue banget deh!”, tapi sabarkan saja dulu diri Anda. Usaha ini adalah untuk menciptakan kesan yang baik agar mereka mau memberi waktu guna melanjutkan interaksi. Nah, ketika interaksi mulai bergulir, itulah kesempatan Anda untuk memperkenalkan diri lebih lanjut.

2. Kendalikan ekspresi wajah dan bahasa tubuh

Ketika kita pertama kali bertatapan dengan orang lain, yang terlihat adalah ekspresi wajah kita. Tampillah dengan gembira, tapi tulus dan tidak berlebihan. Yang paling penting adalah senyum ketika kita bersalaman dan menyapa. Bagaimana kita bersalaman ternyata juga penting lho! Genggaman yang lemah memberi kesan bahwa Anda tidak bersemangat atau kurang percaya diri. Sebaliknya, genggaman yang terlalu kuat mengesankan Anda kelewat antusias atau mendominasi (dan bisa jadi mereka menyeringai kesakitan!). Sedang-sedang saja tapi cukup mantap. Sikap tubuh juga bisa menggambarkan kebiasaan kita. Tampillah dengan sikap tubuh yang tegas. Jangan menggaruk-garuk telinga, memainkan anak rambut atau pena hanya karena Anda gugup. Kalau berjalan, jangan gontai atau lunglai. Kalau bisa justru berjalan dengan ritme agak cepat dan pasti karena itu memberi kesan bahwa kita orang yang energik.

3. Bicara dengan jelaskan dan siapkan kata-kata pertama

Kata-kata pertama yang kita ucapkan kepada lawan bicara sangat penting untuk menampilkan kesan yang positif. Tidak perlu berbunga-bunga dan sarat pujian, tapi pastikan bahwa kata-kata pertama tersebut menunjukkan apresiasi kita bahwa dia sudah bersedia meluangkan waktu untuk bertemu dan ungkapkan ketulusan kita untuk berinteraksi dengannya, apakah itu untuk membantu menyelesaikan permasalahan mereka (jika kita datang sebagai konsultan), membantu mereka mendapatkan produk yang baik (jika datang untuk menjual produk), bekerjasama untuk memberikan informasi yang diperlukan (kalau kita datang untuk wawancara pekerjaan), dan sebagainya.

4. Sapa menggunakan nama mereka

Hal yang menyenangkan jika orang yang baru kita temui langsung bisa mengenal kita. Artinya, ia punya cukup perhatian terhadap kita. Oleh karena itu gunakan nama lawan bicara dalam pembicaraan. Sapaan Pak Norman atau Ibu Lilis akan lebih memberi rasa nyaman, daripada Bapak atau Ibu saja. Intinya, kita harus bisa menunjukkan bahwa mereka bernilai dan saat tersebut perhatian Anda memang fokus pada mereka. Jika sepanjang pembicaraan kita hanya menyebut Bapak atau Ibu, kesannya Anda tidak menganggap penting mengingat nama mereka. Dan sebaiknya kita juga bisa menyebut nama perusahaan mereka, unit kerja, dan peristilahan khusus lainnya di sana dengan benar.

5. Pilih humor yang tepat

Kadang kita pikir humor akan ampuh untuk mencairkan suasana. Orang akan tertawa, dan perasaan gembira itu akan membuat mereka mendapat kesan positif tentang kita. Tapi kita harus waspada bahwa humor juga berisiko, misalnya membuat kita sepertinya kurang serius atau menyimpang dari tujuan pembicaraan. Oleh karena itu, simpanlah humor sampai Anda mengenal betul situasinya. Jangan lupa, pilih humor yang mudah dimengerti, tidak akan menyinggung siapapun, singkat, dan frekuensinya jangan terlalu sering.

6. Memberi perhatian dan menjadi pendengar yang baik

Pastinya, jangan mendominasi pembicaraan. Beri kesempatan bagi lawan bicara, dengarkan dengan tulus dan jangan menginterupsi. Tunjukkan ekspresi bahwa Anda memperhatikan mereka, misalnya anggukan kepala atau kata-kata seperti ”Oooo, ya ya, sekarang saya mengerti permasalahannya”. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda kurang paham. Daripada respons Anda melenceng, lebih baik bertanya dengan pilihan kata yang netral.

7. Kalau perlu siapkan gadge

Memakai gadget mutakhir seperti, PDA, laptop, LCD, video camera, dan sebagainya merupakan salah satu cara untuk membuat kesan yang kuat. Gadget yang mutakhir bisa menandakan bahwa kita adalah orang yang up-to-date,namun tentunya pastikan dulu kita menguasai penggunaannya. Jika tidak, kesan yang kita harapkan muncul dengan adanya gadget tersebut justru menjadi kebalikannya. Kita akan terlihat gaptek (gagap teknologi). Selain itu, hati-hati juga dalam pemakaiannya, jangan terlalu berlebihan sehingga malah terkesan pamer. Misalnya meletakkan handphone canggih, berjejer dengan PDA di meja padahal tidak digunakan di sepanjang pertemuan.

Hal-hal sederhana bukan? Ini memang baru sebagian, namun dengan menggali pengalaman kita sendiri, akan banyak pelajaran yang bisa ditarik. Selain sebagai subjek yang mesti memberi kesan pertama yang baik, kita juga pihak yang sering menarik kesan pertama tentang orang lain. Oleh karena itu akan mudah sebetulnya bagi kita untuk memahami apa saja yang perlu dilakukan untuk menciptakan kesan pertama yang positif. So, a book is judged by its cover, biar “isi”nya sudah bagus, Anda mesti juga mempercantik “luar”nya supaya bisa mencuri perhatian.

0 komentar: