Tidak Islamikah Kata-kata Mesra?

Lama sudah aku nggak nengok fordis myquran <http://www.myquran.org/forum>. Agak terkejut aku kala kudapati sebuah pernyataan seorang anggota di dalamnya beberapa pekan yang lalu bahwa menurut dia, konsep manajemen cinta empat musim (MCEM) tidak islami. Serasa tertamparlah mukaku. Tudingan 'tidak islami' itu persoalan serius, kan? Ini orang, apa sih maksudnya? Kenapa ia nyatakan di forum yang jarang terpantau olehku? Kenapa ia tidak menyampaikannya langsung ke emailku <ac4x3@...> atau milisku <http://groups.yahoo.com/group/ac4x3> agar aku & kawan2 yg menyetujui konsep MCEM dapat segera memperbaiki keislaman kami (kalau memang tidak islami)?
Coba deh, kalo dia berani ngomong gitu di depanku, pasti kutonjok hidungnya... eh, nggak! Nggak bakal. Aku berusaha menjadi orang yang sabar. Aku ingat, Sayidina Ali aja, yang sedemikian mulia, pernah dituding kafir oleh saudara sesama muslim (dari kaum khawarij). Tentu tidaklah aneh seandainya kita alami pengalaman yang seseram itu. Jadi, ya sabar2in ajalah. Untunglah yang membuat penilaian itu manusia biasa seperti kita. Andai malaikat Atid lah yang mencatat bahwa konsep MCEM itu tidak islami, barulah aku kalang kabut mengkhawatirkan keselamatan diri kelak di Hari Pengadilan.
Benarkah konsep MCEM itu tidak islami? Kata si penilai, sesudah ia baca buku keduaku, Nikmatnya Asmara Islami (NAI) yang berisi manajemen cinta musim semi, konsep MCEM tidak islami karena aku menggunakan dialog yang dalam pandangannya terlalu mesra. Sedangkan menurut dia, aturan Islam sudah jelas mengenai hubungan pria-wanita. Sayangnya, ia tidak mengemukakan aturan Islam yang ia maksudkan ini. Hanya secara tersirat ia mengatakan bahwa Islam tidak memperkenankan keakraban hubungan pranikah walau secara fisik tidak mendekati zina. Mungkin yang ia maksud, penggunaan kata2 mesra itu tergolong zina hati (dan zina lisan).
Kalau begitu, ayat Qur'an atau hadits manakah yang menunjukkan bahwa kata2 mesra itu tergolong mendekati zina (zina hati dan lisan)? Jangan2 itu hanya penafsiran pribadi belaka. Jika demikian, maka mengapa ia berani mendakwa bahwa konsep MCEM tidak islami?
Tentu saja, aku setuju bahwa sesuatu yang berlebihan bisa menjadikan sesuatu yang tadinya halal berubah menjadi terlarang. Walau mesra itu dibolehkan, terlalu mesra adalah terlarang. Hanya saja, sesuatu yang dipandang berlebihan oleh seseorang belum tentu berlebihan bagi orang lain. Sesuatu yang dirasakan terlalu pedas bagi seseorang belum tentu dirasakan terlalu pedas bagi orang lain.
Salah satu prinsip MCEM yang telah kucantumkan di buku pertama, yang sayangnya belum dia baca, adalah 'berpedas-pedas tanpa kepedasan'. Kalau merasa 'terlalu pedas' ya jangan ikut2an 'makan', tetapi jangan melecehkan orang lain yang 'tahan pedas'. Kalau merasa 'terlalu mesra' ya jangan ikut2an menggunakan, tetapi jangan melecehkan orang lain yang 'tahan mesra', apalagi menilainya sebagai tidak Islami!
Di buku NAI, hlm. 8, sudah kuceritakan sebuah hadits riwayat Thabrani yang relevan dengan topik kita ini: "Di situ diungkap, seorang lelaki yang sedang jatuh cinta bersyair di hadapan beberapa shahabat Rasul (dan seorang gadis Hubaisy): '... Maukah kau kuikuti dan kutemui di suatu rumah mungil atau di lembah sempit antara dua gunung? Tidak benarkah orang yang dilanda asmara berjalan-jalan pada petang, tengah malam, dan tengah hari?'" Untuk ukuran pada zaman mereka itu, syair tsb dirasa 'terlalu mesra' bagi para shahabat sehingga mereka melecehkannya. "Namun, kepada mereka yang ngelecehin orang yang 'mabuk cinta' pra-nikah itu, Nabi saw. ngelontarin sindiran tajam, 'TIDAK ADAKAH DI ANTARA KALIAN ORANG YANG PENYAYANG?'"

0 komentar: